Minuman ini terbuat dari rempah-rempah. Tapi, mengapa disebut bir?
Bir dengan stempel halal, sudah barang pasti sulit mencarinya. Tapi lain ceritanya jika Anda mencari minuman itu di perkampungan Betawi. Dijamin, Anda bakal menemukannya. Orang Betawi memang punya minuman khas, yakni bir pletok, halal karena sama sekali tidak mengandung alkohol.
Berbeda dengan bir pada umumnya yang memabukkan, bir yang satu ini justru sangat menyegarkan. Sebagai pelepas dahaga, minuman khas Betawi ini enak diseruput kala hangat, namun sedap pula diminum dingin beserta es batu. Lalu, mengapa minuman ini disebut bir?
Konon, nama bir pletok muncul dari kaum Betawi gedongan yang kerap bergaul dengan orang Belanda. Mereka melihat, ketika minuman berbahan dasar jahe ini dikocok dan dituang ke dalam gelas, muncul busa di bagian atasnya, persis seperti bir yang sering diminum orang-orang Belanda. Bisa jadi, dari sinilah nama bir itu muncul.
Herman Sani, orang Betawi Petamburan yang lima tahun terakhir ini membuat bir pletok dengan merek Ondel-Ondel mengatakan, nama pletok ditambahkan setelah mendengar bunyi es batu yang beradu dengan tungku. ''Bir pletok dimasukkan ke tungku yang dikasih batu es. Dikocok. Bunyi deh, pletak... pletok..,'' katanya. Dan ketika dituang ke dalam gelas, berbusa pula, mirip bir. Jadilah bir pletok.
Herman menegaskan, bir pletok yang asli diracik dari rempah-rempah. Rasa yang paling dominan adalah jahe. Sisanya kapulaga, serai, kayu manis, kayu secang, dan gula. Resep bir pletok Ondel-Ondel, ia peroleh secara turun-temurun dari keluarga istrinya, Sandra Herlina, yang asli Betawi Kebon Sirih.
Untuk mendapat rasa bir pletok yang paling sedap, Sandra selalu menggunakan jahe gajah yang tua. Bir pletok yang asli juga berwarna merah. Sapuan warna itu didapat dari kayu secang. Sedang gula yang dipakai adalah gula pasir bukan gula merah. ''Kalau mau jahe merah, bisa juga tapi hasilnya pedas sekali,'' ujar Sandra.
Karena bir pletoknya tidak pedas menyengat, Sandra mengumpamakan minumannya seperti soft drink tradisional tapi penuh khasiat. Kayu secang, misalnya, sedari dulu diyakini bagus untuk mengatasi panas dalam. Sementara jahe ampuh sebagai pengusir masuk angin.
Saat ini, bir pletok umumnya hadir di acara perkawinan orang Betawi. Di meja, minuman ini terhidang di dekat kue-kue basah khas Betawi seperti kue ape, talam, andepite, ketan bakar, ongol-ongol, dan kue lapis beras. Tapi sejatinya, bir pletok bisa diminum kapan saja, ditemani makanan apa saja. Waktu Sandra kecil dulu, bir pletok dijajakan pedagang keliling atau pedagang yang mangkal di perkampungan warga Betawi.
''Jualannya sore,'' ucap Sandra. Anak-anak pun senang membeli bir pletok karena atraksi pedagang yang menggoyang-goyang bir pletok dalam teko kaleng berisi es batu. Namun, waktu terus berganti. Kini, Herman merasa sedih melihat nama bir pletok dicatut. Lihat saja, beberapa tempat kini menyediakan bir pletok yang mengandung alkohol. ''Namanya sama tapi isinya sama sekali berbeda,'' katanya.
Makanan Jakarta
Usai mereguk segarnya bir pletok, tak lengkap rasanya jika tak mencicipi olahan dapur Betawi lainnya. Masakan Betawi sesungguhnya tak jauh berbeda dengan beberapa masakan Sunda, Jawa, Cina, Arab, atau Sumatra. Beragam etnis yang sejak lama ikut tinggal di kampung Betawi bernama Jakarta memengaruhi cita rasa masakan Betawi. Pengaruh Cina membuat kuliner Betawi jadi lebih gurih di lidah.
Soto mi yang begitu identik dengan Jakarta sebenarnya makanan khas Tionghoa. Aslinya, orang Tionghoa menyantap soto mi dengan babi. Setelah beradaptasi dengan masyarakat Betawi, makanan ini sepenuhnya halal. Babi berganti dengan daging sapi.
Meski Jakarta tidak luas, namun hampir setiap kawasan memiliki keunggulan kulinernya. Dalam promosi makanan Betawi yang digelar seluruh Hotel Ibis dalam rangka ulang tahun Jakarta, beragam makanan ditampilkan lengkap dengan asal daerahnya. Ada semur lidah Jatinegara, nasi uduk Mpok Minah Tebet, pepes ikan mujair Marunda, semur jengkol Condet, lontong ayam Mangga Dua, sambal godog Kramatjati, opor ayam Sunda Kelapa, sate asem Pejompongan, iga bakar Pecenongan, sampai sop kambing Tanah Abang. Di luar itu, masih ada kerak telor, asinan, gado-gado, gulai tangkar, semur daging, dan laksa yang populer itu.
Meski hampir semua makanan Betawi dapat dengan mudah dicari di daerah lain di Indonesia, ada satu yang otentik Jakarta. ''Semur jengkol,'' ujar Executive ChefHotel Ibis Slipi, Jajang Mulyana. Sekadar berbagi rahasia, Jajang mengatakan, aroma jengkol yang tajam sebenarnya mudah dihilangkan dengan bantuan air kapur atau abu merang. Ketika merebus jengkol, campurkan saja air kapur atau abu merang dalam air rebusan.
Jengkol yang paling enak adalah yang besar, bulat, tebal, dan tua. Jengkol muda akan membuat semur terasa pahit dan mudah hancur kala dimasak. Memasak semur jengkol, sambung Jajang, pun sama bumbunya seperti semur daging, yakni bawang merah, bawang putih, kemiri, garam, lada, kayu manis, cengkih, biji pala bubuk, kecap manis, dan tomat. ''Buat semur jengkol, kemirinya saja yang diperbanyak,'' jelasnya. Bagaimana, menerbitkan selera Anda kah?/ind
Jahe tak Perlu Dibakar
Ingin membuat bir pletok? Jangan khawatir, Anda pasti bisa membuatnya. Seperti dikatakan Jajang Mulyana, minuman ini sangat mudah dibuat. Rasanya pun tak kalah dengan minuman jahe lainnya. Untuk cita rasa terbaik, Jajang menyarankan,''Lebih baik jahe yang dipakai tidak dibakar terlebih dahulu.'' Kini, simak resep berikut:
Bahan:
650 ml air
80 gram jahe
70 gram gula pasir
1 batang serai, memarkan
1 ruas kayu secang
Cara membuat:
1. Iris rempah-rempah, masukkan ke dalam panci berisi air, rebus hingga air mendidih.
2. Dinginkan dan hidangkan.
Republika>
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments
Post a Comment