Bintang di alam semesta kemungkinan berjumlah tiga kali lipat dari yang diperkirakan dan makin tinggi kemungkinan adanya planet lain yang dapat ditinggali. Pendapat itu setelah para astronom memperkiraan jumlah bintang-bintang, yang dikenal sebagai bintang kerdil merah, lebih banyak dari yang sangkaan sebelumnya.
Bintang kerdil merah (red dwarf) adalah bintang kecil dan relatif dingin. Massanya kurang dari setengah massa matahari. Temperaturnya kurang dari 3726,85 derajat Celcius, lebih kecil dibanding matahari yang mencapai 5505 derajat Celcius. Bintang kerdil merah lebih redup dibanding bintang lainnya. Sehingga, para astronom sulit mendeteksi keberadaan bintang merah kerdil selain di galaksi Bima Sakti dan galaksi terdekat seperti Andromeda.
Namun, kini para astronom menggunakan instrumen ampuh di obervatoriun W.M. Keck di Hawaii untuk mendeteksi bintang kerdil merah di delapan galaksi eliptikal yang terletak sekitar 50 hingga 300 juta tahun cahaya dari Bima Sakti.
Galaksi eliptikal adalah salah satu jenis galaksi besar di alam semesta. Galaksi eliptikal terbesar diperkirakan memiliki 1 triliun bintang. Bima Sakti diperkirakan hanya memiliki 400 miliar bintang. Namun, penelitian yang dipublikasi jurnal Nature, Rabu (1/12), menunjukkan jumlah bintang dalam delapan galaksi eliptikal lebih banyak lima hingga sepuluh kali lipat. Hal ini berarti jumlah bintang di alam semesta lebih banyak tiga kali lipat.
“Hal yang luar biasa bahwa kami dapat menentukan bintang kerdil merah bercahaya samar ini di galaksi di luar Bima Sakti. Namun, jumlah pasti bintang di alam semesta belum dapat dipastikan. Estimasinya sekitar 100 sextillion yakni angka satu dengan 23 nol,” kata peneliti Pieter van Dokkum yang juga astronom dari Yale University.
Meningkatnya jumlah bintang berarti ada kemungkinan makin banyak jumlah planet yang mengelilingi bintang. Sehingga, ada potensi lebih besark eberadaan planet yang dapat dihuni. Hingga kini, astronom telah menemukan lebih dari 500 planet asing mengelilingi bintang. “Ada kemungkinan triliunan bumi mengorbit bintang,” ujar van Dokkum.
Kemungkinan adanya planet yang dapat dihuni dalam sistem bintang merah kerdil adalah hal yang masih diperdebatkan ilmuwan. Salah satu alasannya, temperatur bintang kerdil merah yang relatif rendah membuat planet harus cukup dekat untuk memiliki zona kehidupan.Tapi jika jaraknya dekat, planet tersebut akan terkunci oleh bintangnya sehingga satu sisi terus mengalami siang dan sisi lainnya dalam keabadian malam.
Kondisi tersebut mengakibatkan sulitnya kehidupan berkembang seperti di bumi.Selain itu, bintang kerdil merah mengeluarkan radiasinya dalam bentuk infra merah dan hampir tidak memancarkan ultraviolet (UV). Hal ini menjadi masalah karena UV kemungkinan diperlukan bagi adanya kehidupan.
Sumber: Live Science>
0 comments
Post a Comment