(Epochtimes.co.id)

Sebuah studi baru-baru ini memperkirakan bahwa satu dari setiap 10 makanan yang dikonsumsi penduduk China di restoran-restoran dimasak menggunakan limbah minyak daur ulang yaitu minyak yang telah dibuang di gorong-gorong, diangkat keluar, diproses, dan dijual kembali dengan harga rendah.

Minyak limbah daur ulang mengandung bahan kimia beracun yang dapat menyebabkan reaksi yang merugikan atau bahkan kanker.

He Dongping, seorang profesor di Wuhan Polytechnic University, telah mempelajari masalah ini selama 7 tahun. Menurut harian surat kabar China Youth Daily, ia menemukan bahwa China mendaur ulang sekitar dua hingga tiga juta ton limbah minyak per tahun. Menggabungkan angka tersebut dengan perkiraan 22,5 juta ton total minyak sayur dan lemak hewan yang dikonsumsi penduduk China per tahun, ditafsirkan bahwa 10 persen dari total tersebut kembali dikonsumsi orang-orang.

Penelitian medis menunjukkan bahwa mengonsumsi minyak daur ulang dalam jangka panjang dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan, radang usus, pembengkakan hati, jantung, dan ginjal. Salah satu bahan kimia dalam minyak adalah aflatoxin, sejenis karsinogen kuat yang 100 kali lebih beracun daripada arsenikum.

Bisnis menggiurkan

Sembilan siswa senior dari Fakultas Teknik dan Pengetahuan Pangan di Wuhan Polytechnic University melakukan penelitian praktik limbah minyak di Wuhan, ibu kota provinsi Hubei, China, dan menemukan bahwa bisnis daur ulang amat diminati dan menjadi bisnis yang menggiurkan.

Restoran membuang limbah minyak mereka, dan setiap orang bisa mendapatkan seember keruh adonan kemerahan dari gorong-gorong. Dengan proses penyaringan, pemanas, pengendapan, dan pemisahan yang sederhana, limbah keruh berbau ini disulap menjadi minyak goreng yang jernih. Seseorang bisa menghasilkan 11 dolar AS (100 ribu rupiah) per ember dan bisa mendapatkan kembali rata-rata empat ember per hari.

Satu ton penyulingan menghabiskan biaya 300 yuan (395 ribu rupiah). Ketika minyak limbah daur ulang dijual di pasar lokal, harga penjualan hanya setengah dari harga minyak goreng biasa. Dengan demikian, pendaur ulang dapat meraup sekitar 10.000 yuan (13 juta rupiah) sebulan.

Restoran dan rumah makan di China memproduksi banyak limbah minyak. Para siswa memperkirakan ada lebih dari 60.000 restoran dan penjual makanan di kawasan Wuhan. Apabila dikumpulkan, mereka menghasilkan sekitar 126.000 ton limbah minyak.

Para siswa juga meneliti beberapa restoran di Wuhan. Mereka menemukan bahwa beberapa restoran memiliki dua pot minyak terpisah. Satu dengan label “minyak bersih” dan yang lain, tanpa label, adalah “minyak keruh.” Seorang staf restoran berdiri di luar Universitas menuangkan minyak daur ulang ke dalam botol plastik. Warna emasnya sangat keruh dan terlihat banyak endapan.

Di China, minyak daur ulang sudah digunakan sejak lama, di masa lalu, hanya digunakan untuk makanan babi. Namun, sejak 20 tahun terak-hir, hal ini mulai dipakai untuk konsumsi manusia.

Tidak ada peraturan baku

Setelah proses pemurnian tertentu seperti penyulingan dan warna serta penghilangan bau, sulit untuk membedakan antara limbah minyak daur ulang dengan “minyak bersih” dilihat dari tampilan atau rasanya. Pengusaha sering kali mencampurkan minyak daur ulang dengan minyak bersih yang membuatnya semakin sulit untuk dibedakan.

Profesor He mengatakan bahwa tidak ada satu metode yang dapat secara efektif membedakan limbah minyak dari sumber yang berbeda. Ketika sejumlah kecil limbah minyak dicampur dengan minyak bersih, metode tradisional sering tidak akurat.

Dia percaya kunci untuk menghentikan daur ulang limbah minyak terletak pada pemerintah dan bukan pada metode pengujian. Saat ini, tidak ada peraturan baku mengenai bagaimana menangani dan membuang limbah restoran — memperbesar lingkup bagi kebangkitan industri abu-abu.

Menurut He, dengan demikian setiap tahunnya ada 1,5 - 2 miliar yuan (2 – 2.3 triliun) pasar minyak sampah di China.

“Pemerintah harus memandang serius hal pembelian limbah minyak restoran dan segera menindak lanjuti agar bisnis berbahaya ini segera dihentikan,” katanya. (The Epoch Times/val)>

0 comments

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...